
Di saat ombak lautan datang, ombak lautan menjadi tinggi, kemudian turun lagi. Ombak itu sangat menyakitkan. Ombak laut yang sangat berbeda dengan ombak kehidupanku. Namaku Zivanna Fishara, yang sering dipanggil Zivan. Teman - temanku banyak yang memanggilku kuper, bodoh, jelek, dll. Aku di sekolah terkenal orang yang paling bodoh. Maka dari itu, aku tidak punya teman. Banyak orang yang mendekatiku hanya untuk mengejek diriku. Aku menjadi orang yang bodoh bukan karena kemauanku, takdirlah yang menyebabkan aku begini. Aku sudah berusaha menjadi orang yang pintar, tapi hanya belaka. Banyak orang-orang yang pintar, tidak bisa memanfaatkan kepintarannya itu. Sedangkan orang yang bodoh seperti aku ingin menjadi seperti mereka. Aku hampir frustasi menghadapi hidupku ini. Di rumah, di sekolah, dimana saja, diriku selalu dicela. Suatu ketika aku tidak tahan sama hidupku ini, hingga aku memutuskan untuk bunuh diri. Waktu aku ingin melompat dari jembatan, tiba-tiba ada orang yang mencegahku dan menarik badanku hingga aku terjatuh di jalanan. Aku menangis meratapi nasib dan orang itu menasehatiku kalau bunuh diri itu tidak baik. Saat aku sudah mulai tenang, orang itu tiba-tiba pergi menghilang tanpa aku ketahui. Aku menyesal sudah melakukan tindakan konyol seperti itu dan belum sempat bilang terima kasih padanya.
Dua hari telah berlalu. Aku belum pernah bertemu sama orang itu lagi. Dia bagaikan malaikat dalam hidupku dan dewa penolong dalam kesusahanku. Kini aku berangkat sekolah dengan niat menuntut ilmu, ya itulah menuntut ilmu, tapi ilmu yang ku dapat seperti sia-sia. Aku tetap berusaha, walaupun aku nggak bisa dan sering dipojokin temanku. Bahkan guru-guru pun ada yang tega menyindirku waktu pelajaran. Bel istirahat berbunyi seperti biasa aku langsung keluar kelas dan menyendiri di taman sekolah. Ketika aku sedang menyendiri, tiba-tiba ada orang yang menghampiri dan duduk di depanku. Aku shock berat melihat orang itu, ternyata dia adaiah dewa penolongku. Dia bertanya kepadaku "Siapa namamu dan kenapa kamu menyendiri di taman?", aku langsung menjawabnya "namaku Zivan, seperti biasa aku duduk disini tanpa teman, dan namamu sendiri siapa kok gak pernah kelihatan.
By the way terima kasih yach pertolonganmu kemarin!" Dia menjawabnya lama sekali dan mengucapkan "Namaku Rency Husadafa yang biasa dipanggil Rency. Aku anak baru disini, anak XI Bahasa 3, untuk masalah kemarin jangan dibahaslah, kamu sendiri kelas berapa?" aku pun langsung menjawab "aku anak X 6" sesaat kami ngobrol, tanpa terasa bel masuk berbunyi, "sampai bertemu nanti yach?" katanya padaku. Kini kita masuk di kelas masing-masing. Saat ini pelajaran di kelasku adalah bahasa Indonesia, dan guru mapel menceritakan anak baru kelas XI Bahasa 3, dan ternyata yang dimaksud adalah Kak Rency. Kata behau Kak Rency orangnya pintar, selalu mendapat juara 1 terus di sekolahnya yang dulu. Selesai menceritakan Kak Rency, pelajaran dimulai lagi. Waktu aku pulang sekolah ternyata Kak Rency sudah menungguku di gerbang sekolah. Dan kami pun pulang bareng karena rumah kita searah. Saat perjalanan pulang, kita bertemu dengan adik sepupunya Kak Rency. Kamipun berkenalan. "Hallo! Namaku Ghani, kelas X3, lha kamu siapa?" tanyanya padaku. "Aku Zivan, kelas X6,”Jawabku kemudian kami bertiga pulang bareng. Waktu perjalanan Ghani liatin aku terus, dan kayak mau mengejekku. Maklumlah orang seperti aku pasti semua orang ingin mengejekku. Berbeda dengan Kak Rency, dia nggak pernah ngejek aku, bahkan dia mau jadi temanku, padahal dia kakak kelasku.
Ketika aku akan tidur malam, tiba-tiba Kak Rency datang ke rumahku, memberitahukan aku bahwa Ghani kecelakaan dan harus dibawa di rumah sakit. Terpaksa Kak Rency harus menunggunya. Aku pengen banget menjenguknya, tapi Kak Rency gak mau mengajakku menjenguknya. Padahal dia temanku satu-satunya. Mungkin dia sudah jenuh kepadaku. Keesokan harinya seusai pulang sekolah aku menjenguk Ghani di rumahnya, ternyata keadaan Ghani sangat parah banget. Aku kasihan melihatnya, terus aku tanya kak Rency, "Kak besok kita kan ulangan semester, terus kamu berangkat gak?" Kak Rency menjawabnya "Nggak tahulah entar yang j again Ghami siapa? Trus dia dapat tugas banyak lagi, eh kamu mau nggak ngerjain tugasnya Ghami satu minggu penuh, soalnya dia kan sama kelas X, cuman sekolahnya aja yang berbeda dan dia kan sedang sakit."
Aku mikir seribu bahasa, gimana ini? Teman-teman aja mengejekku kärna aku bodoh, terus aku disuruh ngerjain itu lagi, dan besok ada semesteran lagi, ahh... pusing. Kemudian aku menjawabnya. "Tapi ... kak ... tapi ..."kak Rency langsung menyanggah, "Nggak apa-apa yang penting kamu kerjakan sebisamu, ehm besok aku berangkat sekolah, dan Ghani biar di rumah sama bibi, entar tiap pagi aku jemput dech?" aku tidak bisa menyanggahnya lagi. Semalaman aku kerjain tugas-tugasnya Ghani yang sama dengan jadwal ulangan besoknya. Diriku pusing memikirkan itu, tugas-tugas yang aku kerjain, hasilnya nggak tahu. Bisa jadi salah semua karena kebodohanku. Setiap hari aku tidur jam 02.00 sampai 04.00 karena mengerjakan tugas Ghani dan belajar untuk besok.
Satu minggu telah aku lalui, semesteran juga sudah aku kerjakan, bahkan tugasnya Ghani pun sudah aku kerjakan. Mungkin semua pekerjaanku salah dan hasil raportku pasti sama dengan yang lalu-lalu, jelek banget. Pasti aku dapat rangking 1 yang terakhir. Seandainya pekerjaan Ghani salah semua, mungkin aku akan dimarahi Ghani dan kak Rency. Semesteran telah berlalu, siangnya aku menyerahkan tugasnya Ghani di rumahnya, sebelum Ghani membuka buku-bukunya itu, aku langsung keluar dan pamit pulang. Sesampaiku di pintu depan. Kak Rency mencegahku dan ngajak ngobrol aku. Tiba-tiba aku sangat terkejut mendengar ucapannya itu. "Zivan, janganlah kamu merasa paling bodoh, sesungguhnya kamu itu pintar, tapi belum bisa diasah". Lha terus kenapa kak?" tanyaku heran. "Aku sudah lama melihatmu itu, dan lama-lama aku memendam perasaan di hatiku ini, aku sayang sama kamu." Aku shock berat, aku tahu aku juga sayang padanya tapi dia bagaikan dewa penolongku. Masak .... Aku langsung menjawabnya,”Kak Rency, "kakak tahu sendiri kan kita sangat berbeda, kakak sudah kelas XI dan aku kelas X, kakak anak orang kaya sedangkan aku anak orang miskin, terus kakak anaknya pintar, tapi aku ... semua orang mengejekku, kecuali kakak." Sanggah kak Rency, Aku tidak pernah melihatmu dari segi itu, aku melihatmu dari kebaikanmu, orang-orang tidak bisa melihatmu seperti itu," aku terdiam seribu bahasa. Aku langsung pulang dan tidak menjawabnya.
Keesokan harinya adalah penerimaan raport sekolah. Aku berangkat sekolah tanpa harapan. Kak Rency memberikan persyaratan kepadaku. "Zivan, seandainya hasil raportmu baik, maka kamu harus menerimaku, tapi jika tetap seperti dulu maka terserah padamu dan pekerjaanmu kemarin itu, sudah benar semua." Aku tidak menjawabnya dan masuk kelas. Hatiku dag dig dug deg dor menunggu hasil raportku. Saat aku buka raportku dan tanpa kuduga ternyata aku mendapat rangking 1. Teman-teman memberikan selamat padaku. Semula yang tidak mau berteman padaku, sekarang menjadi temanku. Aku seneng banget pekerjaanku benar semua dan mendapat rangking 1. Wow ... seperti mimpiü! Tapi, itu tandanya aku harus menerima Kak Rency. Pembagian raport sudah selesai, aku langsung keluar kelas dan memberitahukanku bahwa Kak Rency juga mendapat rangking 1. Kami saling mengucapkan selamat. Sesaat kami terdiam dan aku langsung menjawab kalau aku menerimanya.
Aku sadar bahwa kekuperan bisa dihilangkan, kebodohan bisa dihapuskan. Kini aku harus bisa lebih pintar dari hari kemarin dan hari ini. Aku tidak boleh putus asa dalam menghadapi hai seberat apapun.